Pada seluruh permukaan luar kulit buah-buahan memiliki lapisan lilin yang alami. Tiap buah memiliki ketebalan lapisan yang berbeda-beda. Lapisan lilin alami tersebut sebagian hilang akibat pencucian. Oleh karena itu, pemberian lilin terhadap buah-buahan pascapanen amat diperlukan. Pelapisan lilin dapat mencegah serangan patogen-patogen pembusuk terutama pada buah-buahan yang memiliki luka atau goresan-goresan kecil pada permukaan kulit buah. Artinya, kerusakan atau pembusukan pada saat buah dalam penyimpanan dapat dicegah (Zuhairini, 1996).
Pelilinan merupakan suatu proses pemberian lapisan pada permukaan produk hortilkultura dengan menggunakan emulsi lilin guna mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpannya. Menurut Roosmani (1975) bahwa pelapisan lilin terhadap buah dan sayuran berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap hilangnya air dari komoditi dan mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi. Dengan kata lain pelapisan dapat menekan respirasi dan transpirasi dari buah dan sayuran segar, dapat mengurangi kerusakan pasca panen akibat proses respirasi sehingga komoditi tersebut memiliki umur simpan yang lebih lama dan nilai jualnya dapat dipertahankan.
Emulsi lilin yang dapat digunakan sebagai bahan pelapisan lilin harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mempengaruhi bau dan rasa produk yang akan dilapisi, mudah kering dan jika kering tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tidak menghasilkan permukaan yang tebal, mudah diperoleh, murah harganya, dan yang terpenting tidak bersifat racun (Roosmani, 1975). Jenis lilin yang biasa dipakai untuk proses pelilinan antara lain lilin tebu, lilin carnuba, resin termoplastik, selak, lilin lebah dan sebagainya.
Pemberian lilin pada produk hortikultura dapat dilakukan dengan pembusaan, penyemprotan, pencelupan atau pengolesan. Pembusaan merupakan cara pemberian lilin yang memuaskan karena cara ini meninggalkan lapisan lilin yang sangat tipis pada buah. Suatu alat pembusa dipasang diatas sikat yang sesuai dan emulsi lilin diberikan kepada buah dan sayuran dalam bentuk busa. Penyemprotan cenderung memboroskan pelapisn lilin, lilin dapat diperoleh kembali dalam panci – panci penangkap. Pencelupan dilakukan dengan membenamkan buah atau sayuran dalam tangki pencelup yang berisi emulsi lilin selama 30 detik. Emulsi diberikan dengan kuas yang dipasang konveyor beroda (Pantastico, 1986). Dengan adanya proses pelilinan ini diharapkan kualitas produk bisa tetap dipertahankan dan produk – prouk hortikultura di Indonesia lebih diminati serta tidak kalah saing dengan yang impor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar